Telinga ('the Ears In Indonesian,2) Poem by Kinga Fabo

Telinga ('the Ears In Indonesian,2)

Telingaku seperti ritual dalam kuil.
Kebisingan muncul, muncul di depannya.
Untung aku punya telinga besar nan indah.
Dalam dan beruang.
Sebesar pinggul dan buah dada.


Kesepian menyeruak. Inginkan lelakiku.
Menjelma sebagai perempuan. Telah menikah, acuh.
Ketika kesepian tak bergeming, bahasa mengalir.
Berkelana.
Lesbian itu? Tidak datang.


Bagaimana pun aku akan merayunya.
Jika tak ada yang datang, telingaku mengembang sendiri (membesar) .
Tak satu pun perempuan yang benar-benar datang.
Tidak jua lelaki.
Aku menghampiri mereka.


Tapi mereka hanya inginkan telingaku.
Dan mulut-mulut itu? Terus meracau.
Dan telingaku? Telingaku tetap sunyi.
Aku hanya mengganti anting-antingku dari waktu ke waktu.
Telingaku, milikku.


(Translated by Nurul Why)

This is a translation of the poem Telinga ('the Ears' In Indonesian,1) by Kinga Fabo
Wednesday, November 2, 2016
Topic(s) of this poem: ironic
COMMENTS OF THE POEM
Close
Error Success