Telinga ('the Ears' In Indoesian,5) Poem by Kinga Fabo

Telinga ('the Ears' In Indoesian,5)

Seakan-akan telingaku sakramen-sakramen, kerumunan
Muncul, muncul di depan mereka. Untunglah
Aku punya telinga besar yang indah.
Dalam dan berongga.
Ukuran pinggul dan payudara tersembul.


Di sinilah muncul orang kesepian. Dia menginginkan suamiku.
Di sinilah muncul ibu rumah tangga. Dia telah menikah, beku.
Ketika dia tak muncul, dia belajar bahasa,
Jalan-jalan.
Lesbian? Sama sekali tak muncul. Walaupun


Aku bisa saja bercinta dengannya. Jika tidak terjadi,
Telingaku senang sendiri. (Besar juga sih) .
Perempuan feminin sungguh tak kuundang.
Maupun laki-laki.
Kuhampiri mereka.


Tapi yang mereka inginkan hanya telingaku.
Dan mulut? Mulut mencerocos melulu.
Dan telingaku? Telingaku bisu.
Aku cuma mengganti anting-antingku dari waktu ke waktu.
Telingaku milikku.


(Translated by Narudin)

This is a translation of the poem Telinga ('the Ears' In Indoesian,4) by Kinga Fabo
Wednesday, November 2, 2016
Topic(s) of this poem: ironic
COMMENTS OF THE POEM
Close
Error Success