Jika kedua telingaku sakramen-sakramen, kegaduhan
muncul, berisik di depan mereka. Untung
Aku memiliki telinga besar yang tajam.
mendengung dan mengiang.
Aku merasakan pinggul dan buah dadaku mengembang.
Di sini datang si kesepian. Dia ingin menjerat suamiku.
Di sini datang si istri. Dia sudah kawin, tak peduli.
Ketika dia tak datang, dia belajar bahasa-bahasa,
pengembaraan.
Lesbiankah? Tak datang jua. Meskipun
Aku akan merayunya. Jika dia tak datang, telingaku
akan mengupingnya. (Besar seperti mereka.)
Aku tidak peduli wanita cantik atau tidaknya.
Laki-laki atau tidaknya. Aku pergi
menemui mereka.
Tapi mereka ingin kedua telingaku.
Dan mulut-mulut? Para penggosip yang cerewet.
Dan telingaku? Telingaku torek.
Aku hanya mengganti anting-antingku berkali-kali.
Telingaku, milikku.
(Translated by Bunyamin Fasya)