Perempuan mengirim air matanya ke tanah-tanah cahaya
langit menyampaikan salam yang mesra kepada semua burung
karena di dalam udara kulihat juga waktu menyusun tubuhnya
dari pasir dan debu jalanan yang ditebari bunga-bunga.
Kita berdua saja memandang wajah kita pada cermin yang retak
seperti mencuri pandang wajah para dewa dalam mimpi,
mengagumi bayangan kita pada bias air yang pecah
oleh melodi sungai yang mengalir dari jantung matahari.
Pertemuan ini adalah teka-teki dari sisa-sisa kabut pagi,
lalu rahasia dibisikkan pada waktu yang berkhianat
ketika matahari berlari di punggung kuda-kuda putih
dan gemanya menggema sampai ke relung-relung hati.
This poem has not been translated into any other language yet.
I would like to translate this poem