Perasaan-Perasaan Yang Tak Kau Sadari Poem by Titon Rahmawan

Perasaan-Perasaan Yang Tak Kau Sadari

Sudah lama engkau bersembunyi dari rasa sakitmu sendiri. Bentang langit luas yang susah-payah kau simpan ke dalam gelas.

Engkau tidak sedang menyusun riwayat dari perasaan-perasaan yang tak engkau sadari. Sebuah manifestasi; perwujudan kebencian kepada matahari dan ketidakpedulian kepada
dunia. Bagaimana sikap diammu bisa menjawab semua pertanyaan itu?

Coba katakan padaku, berapa lama sudah engkau menutup diri dari sekelilingmu? Dari orang-orang yang selama ini peduli dan mengindahkan dirimu. Sebaliknya, engkau melihat mereka hanya melulu lewat tajam pisau curiga yang bisa sewaktu-waktu menikam punggungmu.

Seperti paku yang tak menghiraukan palu yang mengetuknya ke dinding. Mereka yang datang hendak mengobati rasa sakitmu, menghalau gundahmu, atau sekadar untuk menanyakan kabar.

Bukankah burung gereja itu sengaja mengetuk jendela dengan paruhnya hanya untuk mengucap salam? Dan kucing-kucing liar itu menyentuh kakimu dengan bulunya sebagai pernyataan kasih sayang. Mereka tak datang untuk mempertanyakan amarah dan rasa kecewa yang terlanjur engkau sembunyikan.

Tak pernah ada halangan buat semesta untuk menerima hadirmu kembali. Semudah mereka memberikan perhatian dan menyatakan rasa cintanya kepadamu lewat hal-hal yang bersahaja; desau angin, gemercik air, hangat mentari, gersik pasir atau guyuran hujan yang kepagian.

Akan tetapi, jawaban apa yang engkau beri? Apakah engkau selalu menyambut pagi dengan sepenuh hati? Dan menerima uluran tangan rembulan dengan sebuah senyuman?

Mungkin saja, bagimu hidup memang tak sesederhana itu. Kau tak menganggap hari-hari yang kau jalani sebagai rangkaian pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Hidup tak menghadirkan sesuatu yang wajib kau pahami. Sudah terlalu lama engkau berhenti untuk merasa peduli. Sudah lama engkau bahkan tak memikirkan hal lain selain dirimu sendiri.

Seperti dendam yang terlanjur membutakan matamu. Aku tak tahu lagi, bagaimana mesti menerangi kegelapan yang mengungkung jiwamu? Membiarkan dirimu dirundung perasaan yang tak kunjung bisa aku mengerti. Menyia-nyiakan waktu dan semua perhatian yang membuat duniamu mengabur dalam khayalan. Dunia yang tercipta dari ilusi rasa takutmu sendiri.

COMMENTS OF THE POEM
READ THIS POEM IN OTHER LANGUAGES
Close
Error Success