Rumah terpencil di pinggiran sawah itu dan cupang merah di lehermu, bagaimana engkau bisa menjelaskannya? Apakah itu bentuk kekerasan pada diri sendiri?
Bagaimana aku bisa melindungi dirimu dari kejahatan yang aku ciptakan? Hatiku telah mengeras seperti batu. Otakku mengerut lisut seperti walnut. Penuh dengan ulat dan kebusukan.
Aku tak mampu lagi mengenali hasratku sendiri. Ingatan mengabur seperti malam menjelang pagi. Langit gelap tertelan mimpi. Cahaya putih di mana mana.
Apa yang engkau rencanakan untuk mengelabui sang waktu? Menidurkan diriku dalam buaian gelombang. Erangan demi erangan. Tangan yang mencekik lehernya sendiri. Kelam mimpi yang menikam mati.
Layar lap top berkedip mengisahkan kebohongan yang lama menghantuiku. Gambaran brutal pembunuhan keji. Gadis kecil yang aku cintai. Rembulan mata hatiku.
Engkau atau aku yang sebenarnya? Siapa dari kita yang sesungguhnya iblis? Kita berdua adalah pembunuh dengan jubah yang sama. Engkau alibi sempurna bagi keberadaanku, demikian pula sebaliknya. Hidup adalah neraka walau hanya sekejap.
This poem has not been translated into any other language yet.
I would like to translate this poem