Ada perang yang tiada gendang,
Namun gegarnya menghancurkan dada.
Di dalam tubuh ini—ribut tak bernama,
Tanpa perlunya sebab untuk menggila.
Aku duduk dalam diam,
Tapi hatiku berdiri menjerit,
Melawan bisu dengan bayang sendiri,
Mencakar ruang yang sempit dan bergaung.
Ada saat aku percaya pada reda,
Namun reda itu hanya ilusi yang berbentuk sabar,
Sedang hakikatnya—aku terbakar perlahan,
Dari dalam, tanpa api, tanpa warna.
Perasaan menjadi bilah-bilah kaca,
Tajam tanpa arah,
Menusuk dari segala penjuru,
Dan aku tidak tahu yang mana datang dari luar,
Yang mana aku cipta sendiri.
Aku cuba menulis,
Namun bait-baitku memukul kembali,
Setiap perkataan menjadi tanya,
Dan tiada satu pun membawa jawapan.
Siang terasa sempit,
Malam terlalu luas,
Dan aku terperangkap di antaranya,
Bukan sebagai manusia,
Tapi sebagai serpihan rasa yang tidak tahu mahu ke mana.
This poem has not been translated into any other language yet.
I would like to translate this poem