Langit Jingga Laut Biru Poem by Titon Rahmawan

Langit Jingga Laut Biru

Tak semua pertanyaan memiliki jawaban. Tak semua kesulitan membutuhkan penjelasan. Hidup terlalu banyak menghadirkan kata tanya. Dan kita tak selalu menemukan maksud dari pertanyaan-pertanyaan itu.

Kubayangkan seandainya pertanyaan itu mampir ke dalam benakmu: 'Kenapa kau melihat jingga sebagai representasi hatimu dan aku menganggap biru, sepenuhnya milikku? Mengapa kita, dua warna kontras yang tak bisa saling melengkapi? Mengapa jingga langitmu tak kunjung bertemu dengan laut biruku? '

Betapa sulit untuk berbagi pikiran dan perasaan masing-masing. Setelah sekian masa, masih saja engkau mengganggap diriku sebagai orang asing. Dan aku, tak kunjung mampu mengikhlaskan hatiku untuk jadi milikmu. Lama sudah, kita jalan bersama saling bertukar cerita. Menjalani waktu sebagai jalan untuk menyatukan perbedaan.

Tapi tetap saja, jingga hatimu tak mau bersinggungan dengan biru pikiranku. Kucoba menggandeng tanganmu. Kutawarkan segelas air menawarkan dahagamu. Tapi lagi-lagi, langkah kita tertahan oleh persimpangan. Memaksa kita mengambil jalan yang saling berlawanan.

Cinta menjadi kata yang gamang untuk diucap. Dan rindu, adalah puisi hambar dalam selembar kertas lusuh yang tak sampai-sampai kepadamu. Terlalu lama sudah, kita menafikan semua perasaan yang sempat singgah walau terasa hanya sebentar saja. Kau bersikukuh dengan jingga hatimu yang berdarah-darah. Dan aku, dengan lebam biru yang kian tak tertanggungkan rasa sakitnya.

COMMENTS OF THE POEM
READ THIS POEM IN OTHER LANGUAGES
Close
Error Success