Kau tahu, aku masih mencari kebahagiaan untuk diriku sendiri dan barangkali untuk kita berdua, Kay. Tapi tidak seperti kegembiraan semu yang pernah engkau miliki, kalau itu yang engkau mau. Kebahagiaan semestinya bukanlah cuma angan-angan belaka.
Bukankah selama ini, ia hanya hantu yang membayangi semua langkah kita? Lagu muram yang entah mengapa masih setia engkau dengarkan. Lagu yang sama yang kau putar berulang kali di tengah riuh rendah umpatan dan juga hujatan.
Mereka hanya ingin melucuti kehormatan dan harga dirimu Kay. Mereka tak pernah sungguh-sungguh mencintaimu. Mereka hanyalah dering uang receh yang tak kurang bejatnya dari dunia ini. Akan tetapi, inilah dunia yang kita kenal. Dunia yang sepenuh hati ingin kita ingkari.
Tentu saja, aku tak akan mencemooh ilusi kebahagiaan semacam itu Kay. Aku cuma tak ingin melihatmu sedih dan menderita. Walau, setiap malam engkau mesti mengalami mimpi buruk yang memuakkan ini. Mimpi yang tak akan pernah mengijinkan diriku untuk mencintaimu dengan apa adanya.
Siapa pun engkau. Apa pun anggapan orang tentang dirimu, Kay. Aku tak perduli, sekalipun mereka menganggap dirimu sebagai lonte atau sundal sekalipun. Aku hanya perduli pada apa yang engkau pikirkan atas dirimu sendiri. Pada apa yang engkau rasakan.
Sekalipun engkau cuma sepotong rembulan sungsang dan aku bulbul tak tahu diri. Untuk sekali ini saja katakan padaku, apakah engkau mencintaiku? Apakah kau sungguh-sungguh mencintaiku, Kay?
This poem has not been translated into any other language yet.
I would like to translate this poem