Cinta Dan Dusta Poem by Titon Rahmawan

Cinta Dan Dusta

Ada sekuntum mawar di dadanya dan dusta di mulutnya. Sesungguhnya, Ia tak menggonggong serupa anjing yang tolol. Ia hanya tak mengindahkan hal-hal lain, selain rasa laparku. Digigitnya tulang dari kedalamanku yang perih. Mata yang tak peduli dan hasrat untuk membunuh.

Gelegak darah ini sama gusarnya dengan pekik amarah. Kobaran api yang ia simpan di balik pisau yang ganas dan beringas. Pada dadanya yang terbelah, jantungnya yang berdarah. Yang ia dedahkan warna merahnya berulang-ulang kali tanpa setitik pun rasa jengah dan juga penyesalan.

Lagu yang diperdengarkannya tak semerah gincu yang ia oleskan di bibirnya malam itu. Dan apakah yang ia kenakan di tubuhnya, selain secarik kain sewarna darah yang tak mampu menutupi semua kejalangannya dari dunia? Dari dulu sekali, ia sudah bukan milikku lagi. Ia sudah jadi milik semua orang.

Seperti semua kata-kata lucah yang diobralnya dengan murah. Seperti haram jadah yang terlahir dari mimpi di siang bolong. Mimpi tempat kami menghabiskan usia. Waktu dan seluruh kesia-siaan. Waktu yang tak bernilai, selain onggokan sampah, sumpah- serapah dan omong kosong. Waktu yang membusuk dalam pikiran semua orang. Mereka yang tak lebih anjing dari diriku sendiri. Mereka yang menanti jam-jam pertunjukan dengan air liur menetes.

Mereka, yang sejak hari pertama telah menjeratkan benang laba-laba itu ke dalam pikiranmu, Kay. Benang yang tak lebih tipis dari semua harga diri dan kehormatan. Sesuatu yang mungkin, tak pernah engkau miliki. Dan bodohnya lagi - seperti yang sudah-sudah - aku masih saja duduk di sana menunggu dirimu. Terpanggang api cemburu. Tanpa pernah merasa tahu, mengapa aku masih saja merasa lebih memiliki dirimu? Lebih dari siapa pun, Kay!

COMMENTS OF THE POEM
READ THIS POEM IN OTHER LANGUAGES
Close
Error Success