'Mengapa kau tanggalkan semua ingatan dari buku jurnal yang telah kutulis bertahun-tahun lamanya hanya untuk mengabadikan namamu? '
Senja yang terselip di antara kerlip rasi bintang. Menua dalam lipatan peta dan almanak bekas yang tersembunyi di balik tumpukan harta karun peninggalanku yang mulai berdebu.
Seekor cicak merayap di dinding palka yang sudah lama retak, berusaha menangkap nyamuk yang terbang bergegas masuk ke dalam kabin nakhoda.
Ada bayangan misteri yang berusaha mengelabui sepi dengan melemparkan sebuah teka-teki yang tidak tertebak, 'Apakah semua layar mesti kita bentangkan sekali lagi? '
Atau barangkali, ini hanyalah sebuah muslihat yang tak sempat terpikirkan oleh kompas penunjuk arah mata angin?
Sebuah lubang hitam dengan suara desah bergema di dasar lautan. Sebuah isyarat terperangkap dalam pikiran para kelasi yang tiba-tiba gelisah.
Apakah sebab aku terlalu mencintaimu, hingga aku tak mampu mengarahkan kemudi keluar dari jebakan waktu yang engkau susun kembali dari puing-puing pecahan sekoci yang masih tertinggal?
Kitab-kitab rahasia dengan sampul yang terkelupas ini. Halaman demi halaman yang perlahan terhapus ini. Lembaran-lembaran kertas yang mulai melapuk ini. Ataukah, jangkar yang diam-diam engkau turunkan lewat buritan tanpa sepengetahuan diriku?
Sementara perasaan yang kian memudar itu meninggalkan jejak samar yang mungkin saja masih terbaca oleh redup cahaya lampu peta:
'Di mana mercusuar yang dulu pernah memandu perjalanan kita? Lalu, siapa yang akan menuntun bahtera mabuk demi melewati amuk gelombang dan topan badai yang dahsyat ini? '
This poem has not been translated into any other language yet.
I would like to translate this poem